BAB XIX - KEAGUNGAN SANG JATI DIRI
ooredoo

Wednesday, July 23, 2014

Home » Ajaran Agama Hindu , ASHTAVAKRA GITA » BAB XIX - KEAGUNGAN SANG JATI DIRI

BAB XIX - KEAGUNGAN SANG JATI DIRI

BAB XIX
KEAGUNGAN SANG JATI DIRI

Janaka berucap:
1. Dengan menggunakan perangkat-perangkat pencabut (maksudnya ilmu-pengetahuan diibaratkan sebagai alat pencabut), dari kedalaman lubuk hatiku, daku telah mencabut duri-duri opini-opiniku yang kurang baik (keragu-raguan yang bersifat negatif).

2. Dimanakah berada Dharma? Dimanakah berada Kama? Dimanakah berada Artha? Dimanakah berada Vivekitha? (hati-nurani)? Dimanakah dualitas bagiku yang bersemayam di dalam keagunganku sendiri?
(Tahap dimana seorang bersemayam di dalam keagungannya sendiri disebut Buma).

3. Dimanakah berada masa lalu? Dimanakah berada masa depan? Dimanakah berada bahkan masa kini? Dimana letak angkasa? Dimanakah letak keabadian? … untukku yang bersemayam di dalam keagunganku ini?

4. Dimanakah berada Sang Jati Diri? Dimanakah berada yang bukan Sang Jati Diri? Dimanakah berada kebajikan dan kebatilan pada saat yang bersamaan? Dimanakah berada kekhawatiran dan non-kekhawatiran? --- bagiku, yang bersemayam di dalam keagunganku?

5. Dimanakah berada mimpi? Dimanakah berada tidur yang lelap? Dimanakah berada kesadaran? Dimanakah berada tahap ke-empat Kesadaran? Dimanakah bahkan berada ketakutan; bagiku, yang bersemayam di dalam keagunganku sendiri?

6. Dimanakah berada jarak jauh? Dimanakah berada jarak dekat? Dimanakah keberadaan luar? Dimanakah keberadaan dalam? Dimanakah berada benda padat (kepadatan) dan dimanakah berada kelembutan itu? --- bagiku, yang bersemayam di dalam keagunganku ini?

7. Dimanakah kehidupan itu atau dimanakah kematian itu? Dimanakah dunia-dunia ini, dimanakah letak berbagai hubungan duniawi? Dimanakah letak kehancuran akan kesadaran? Dimanakah Samadhi? ….. untukku, yang bersemayam di dalam keagunganku ini?

8. Bagiku, yang telah menyatu dengan Sang Jati Diri, sia-sia saja kalau daku berbicara mengenai “tiga tujuan” kehidupan ini. (Dharma, Artha dan Kama); ataupun membicarakan tentang Yoga tanpa suatu tujuan. Bahkan berbicara mengenai ilmu-pengetahuan secara langsung juga sudah tidak bermanfaat lagi!