BAB XVI - MENGHADIRKAN SANG JATI DIRI DI DALAM DIRI
ooredoo

Wednesday, July 23, 2014

Home » Ajaran Agama Hindu , ASHTAVAKRA GITA » BAB XVI - MENGHADIRKAN SANG JATI DIRI DI DALAM DIRI

BAB XVI - MENGHADIRKAN SANG JATI DIRI DI DALAM DIRI


BAB XVI 
BERBAGAI PETUNJUK UNTUK MENGHADIRKAN SANG JATI DIRI DI DALAM DIRI 

Ashtavakra berucap :

1.        Putraku! Dikau dipersilahkan untuk mengutarakan sebanyak mungkin dan dengan berbagai cara, tentang berbagai skripsi-skripsi suci, atau dikau dipersilahkan mendengarkan semua itu, tetapi Dikau tidak akan mampu menyatu dengan Sang Jati Diri, tanpa melupakan semua upaya-upaya tersebut.

2.        Wahai orang yang Budiman!  Dikau mungkin menikmati seisi dunia, atau berkarma atau bersemadi. Tetapi tetap saja batinmu menghendaki (mencari-cari) sifatnya yang sejati, yang berada jauh di atas semua bentuk benda (obyek), di mana semua nafsu dan keinginan-keinginan akan termusnahkan (padam).

3.        Karena banyak manusia berhasrat sekuat tenaga demi tercapainya keinginan-keinginan mereka, semua orang ini lalu menderita.  Tetapi tidak seorangpun yang bersyukur (seandainya dia dijauhkan dari upaya yang sia-sia ini) melalui petunjuk ini yang mendapatkan berkah sajalah yang akan mampu mencapai kebebasan.

4.        Kebahagiaan adalah milik sang guru yang hidup menyendiri (jauh dari keduniawian) yang bahkan merasa tersiksa seandainya dia harus berupaya mengedipkan matanya (barang sejenakpun!) kebahagiaan ini hanya miliknya semata-mata.

5.        Sewaktu batinmu (sang pikiran) bebas dari pasangan dualistik yang saling berlawanan seperti “ini sudah dilaksanakan”, dan “ini belum dilaksanakan”, maka batin ini kemudian akan bersikap tidak acuh (sama rata) baik itu terhadap kebenaran, harta-benda, nafsu atau terhadap kebebasan spiritual.

6.        Barangsiapa bersikap tidak mengacuhkan obyek-obyek sensual maka dia disebut sebagai seorang yang “tidak sensual”, tetapi barangsiapa yang tidak menolak atau tidak menerima kehadiran (faktor-faktor sensual ini) tidak dapat disebut sensual ataupun sebaliknya.

7.        Selama nafsu dan (berbagai keinginan) yang merupakan dasar dari sifat non-diskriminasi itu hadir, selama itu pula akan hadir rasa menerima dan rasa menolak …… yang merupakan cabang dan akar-akar dari pohon Samsara (kehidupan dunia).

8.        Aktifitas menghasilkan keterikatan, menjauhi aktifitas menimbulkan penolakan.  Seorang bijaksana itu jauh dari kedua sifat dualistik tersebut ibarat dia ini seorang bakta, tetapi sebenarnya dia telah tegar …. Didalam Sang Jati DiriNya.

9.        Seseorang yang terikat kepada dunia ini, berhasrat untuk memasrahkan kehidupan ini agar jauh dari penderitaan, tetapi seseorang yang tidak memiliki keterikatan (duniawi) sebaliknya bebas dari penderitaan dan selalu merasa nyaman walaupun dia menjalani kehidupan ….. di dunia ini.

10.   Barangsiapa yang memiliki rasa ego walaupun itu demi kebebasan (spiritualnya), dan barangsiapa mempertimbangkan bahwa raga (yang disandangnya) adalah miliknya, maka orang ini tidak bisa disebut Gyani (orang suci yang memiliki pengetahuan) ataupun disebut Yogi (seseorang yang memiliki pengetahuan spiritual dan mempraktekkan yoga).  Orang ini adalah penderita yang menyandang kedukaan semata-mata.

11.  Seandainya Shiva, Vishnu dan Brahma yang terlahir dari Bunga Teratai menjadi guru-gurumu, tetap saja kalau dikau tidak melupakan semuanya, maka dikau tidak akan mampu menghadirkan dirimu di dalam Sang Jati Diri.